Pages

Friday 20 September 2013

Contoh Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah


A.      Pengertian dan Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah

Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun secara lisan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.


1.        Cendekia
     
     Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat Cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya.

            Perhatikan  contoh kalimat cendekia di bawah ini!

(1)       Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan  nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia.
(2)       Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.

Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan dan keseksamaan penggunaan kata. Karena  itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaikan dengan  muatan isi pesan yang akan disampaikan.

(3)                    (4)
pemaparan        paparan
pembuatan        buatan
pembahasan      bahasan
pemerian           perian

                 Kata-kata pada contoh (3) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4) menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian bahasa ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara cermat. Kalau paparan itu mengacu pada proses, kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu mengacu pada hasil, kata·kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (4).

(5)       Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling rumit.
(6)      Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit.

Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh(6).

(7)      Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas .
          Meskipun sudah diuraikan, papararnya belum  jelas .
          Paparannya sudah diuraikan, namun belum  jelas.
(8)      Mulai sejak penentuan masalah penelitian  itu tidak jelas arahnya.
          Mulai penentuan  masalah, penelitian  itu tidak jelas  arahnya.
          Sejak penentuan  masalah, penelitian itu tidak jelas  arahnya.

Kerancuan pilihan kata dalam artikel  ilmiah perlu  dihindari. Kerancuan  pilihan kata pada umumnya terjadi karena  dua struktur kalimat yang digabung menjadi  satu. Untuk membetulkannya perlu  dikembalikan pada struktur asal. Pilihan kata meskipun dan namun serta  mulai dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu dikembalikan pada struktur asal sebagaimana contoh (8).

(9)     Peneliti  terdiri orang-orang yang mewakili lembaga.
       Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.
(10)  Peneliti  terdiri atas orang·orang yang mewakili lembaga.

       Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh (9) terdiri dan dengan. Pilihan kata yang cermat tampak pada contoh (10).

2.      Lugas dan Jelas

     Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.

              Perhatikan  contoh kalimat lugas di bawah ini!

(1)     Para pendidik  yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh  ulah sebagian, anak-anak mempunyai  tugas yang tidak bisa dikatakan ringan.
(2)      Para pendidik  yang kadang-kadang atau bahkan sering  terkena  akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai  tugas yang berat.

Kalimat (1) bermakna  tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan.Kedua ungkapan itu tidak mampu mengungkapkan gagasan secara lugas.Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (2).

Perhatikan  contoh kalimat jelas berikut!

(3)      Penanaman  moral di sekolah  sebenarnya  merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.
(4)      Penanaman moral di sekolah sebenarnya  merupakan kelanjutan dari penanaman  moral di rumah. 

Penanaman  moral di Sekolah  dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila. Di samping itu, penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.

Contoh (3) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan  contoh (4), kalimat-kalimatnya pendek sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas. Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat kalimat panjang.Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas.

Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas  diperlukan kiat khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan  tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah kalimat.Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (3) berisi gagasan yang tidak dapat diungkap dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (3) perlu  dipecah sebagaimana tertera pada kalimat (4).

(5)     Pendidikan teknologi perlu  dimulai dan digalakkan untuk segenap lapisan masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi mutakhir.
(6)      Pendidikan teknologi perlu  dimulai dan digalakkan untuk seganap lapisan masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi,  termasuk di dalamnya teknologi mutakhir.

Contoh (5) berikut  merupakan contoh pengungkapan gagasan yang salah. Gagasan pada contoh (5) seharusnya diungkap sebagaimana contoh (6).

3.        Menghindari Kalimat Fragmentaris

     Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.

Perhatikan  contoh kalimat fragmentaris di bawah ini!

(1)  Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris)
(2)  Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Lengkap)

4.       Bertolak dari Gagasan

     Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

Perhatikan  contoh kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini!

(1)     Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
(2)     Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.

Contoh kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (2) berorientasi pada gagasan dengan  menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu  dihindari. Oleh sebab  itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam kalimat perlu  dihindari.

Perhatikan  contoh kalimat di bawah ini!

(3)     Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila.
(4)     Perlu  diketahui bahwa pandidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila.

Contoh (3) merupakan penyempurnaan dari contoh (4) yang berorientasi pada pelaku bukan penulis. Dari Contoh-contoh di atas, bukan berarti bahwa kalimat aktif tidak boleh digunakan dalam karangan ilmiah. Kalimat aktif yang berorientasi pada gagasan dapat digunakan sebagaimana contoh berikut.

(5)     Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling berpengaruh pada mutu proses balajar mengajar adalah sistem penilaian.
(6)     Perkembangan teknologi komputer berjalan sangat cepat.

5.        Formal

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal.

Perhatikan  contoh di bawah ini!

(1)     Kata Formal                          (2)   Kata Informal
Berkata                                                   Bilang
Membuat                                                 Bikin
Hanya                                                      Cuma
Memberi                                                  Kasi
Bagi                                                         Buat
Daripada                                                  Ketimbang

6.        Objektif

     Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan  hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.

Perhatikan contoh kalimat objektif berikut ini !

(1)     Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut.
(2)     Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan oraug tua dalam pembentukan kepribadian anak.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Hadirnya kata betapa dan kiranya pada contoh (1)  menimbulkan sifat subjektif. Berbeda dengan  contoh (2) yang tidak mengandung unsur subjektif.

(3)      Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali adanya masalah.
(4)     Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali adanya masalah.

Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan  kalimat (3) berikut  perlu dihindari karena  barsifat subjektif/emosional. Penulisan  kalimat yang tidak subjektif tampak pada contoh (4).

7.        Ringkas dan Padat

     Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.

Perhatikan contoh kalimat ringkas dan padat berikut ini !

(1)   Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap  warga negara Indonesia.
(2)   Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia.

Contoh (1) berikut  termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh (2) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat (2) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan  demikian,  hadirnya kata-kata tersebut mubazir.

(3)     Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan  aturan yang berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang menyalahi aturan.Artinya, pelaksanaan proyek itu sudah benar.Isu negatif yang selama ini berkembang tidak benar.
(4)     Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.  Isu nagatif yang selama ini berkembang tidak benar.

Keringkasan dan kepadatan panggunaan bahasa tulis ilmiah tidak hanya ditandai dengan  tidak adanya kata-kata yang berlebihan, tetapi juga ditandai dengan  tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam artikel  ilmiah. Contoh (3) dan (4) berikut  dapat memperjelas  keringkasan dan kepadatan bahasa tulis ilmiah. Hadirnya kalimat yang dicetak miring pada contoh (3) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan  demikian, kalimat itu perlu  dibuang sebagaimana contoh (4).

8.        Konsisten

                 Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan  kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.

                 Perhatikan contoh kalimat konsisten berikut ini !

(1)       Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
(2)      Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan.


Contoh (2) tidak konsisten dengan  kaidah yang berlaku. Sementara itu, 9contoh yang konsisten adalah contoh (1).


9 comments: